This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
English to Indonesian - Standard rate: 0.15 USD per word / 45 USD per hour
Portfolio
Sample translations submitted: 1
English to Indonesian: Bloody Mary General field: Art/Literary
Source text - English She lived deep in the forest in a tiny cottage and sold herbal remedies for a living. Folks living in the town nearby called her Bloody Mary, and said she was a witch. None dared cross the old crone for fear that their cows would go dry, their food-stores rot away before winter, their children take sick of fever, or any number of terrible things that an angry witch could do to her neighbors.
Then the little girls in the village began to disappear, one by one. No one could find out where they had gone. Grief-stricken families searched the woods, the local buildings, and all the houses and barns, but there was no sign of the missing girls. A few brave souls even went to Bloody Mary's home in the woods to see if the witch had taken the girls, but she denied any knowledge of the disappearances. Still, it was noted that her haggard appearance had changed. She looked younger, more attractive. The neighbors were suspicious, but they could find no proof that the witch had taken their young ones.
Then came the night when the daughter of the miller rose from her bed and walked outside, following an enchanted sound no one else could hear. The miller's wife had a toothache and was sitting up in the kitchen treating the tooth with an herbal remedy when her daughter left the house. She screamed for her husband and followed the girl out of the door. The miller came running in his nightshirt. Together, they tried to restrain the girl, but she kept breaking away from them and heading out of town.
The desperate cries of the miller and his wife woke the neighbors. They came to assist the frantic couple. Suddenly, a sharp-eyed farmer gave a shout and pointed towards a strange light at the edge of the woods. A few townsmen followed him out into the field and saw Bloody Mary standing beside a large oak tree, holding a magic wand that was pointed towards the miller's house. She was glowing with an unearthly light as she set her evil spell upon the miller's daughter.
The townsmen grabbed their guns and their pitchforks and ran toward the witch. When she heard the commotion, Bloody Mary broke off her spell and fled back into the woods. The far-sighted farmer had loaded his gun with silver bullets in case the witch ever came after his daughter. Now he took aim and shot at her. The bullet hit Bloody Mary in the hip and she fell to the ground. The angry townsmen leapt upon her and carried her back into the field, where they built a huge bonfire and burned her at the stake.
As she burned, Bloody Mary screamed a curse at the villagers. If anyone mentioned her name aloud before a mirror, she would send her spirit to revenge herself upon them for her terrible death. When she was dead, the villagers went to the house in the wood and found the unmarked graves of the little girls the evil witch had murdered. She had used their blood to make her young again.
From that day to this, anyone foolish enough to chant Bloody Mary's name three times before a darkened mirror will summon the vengeful spirit of the witch. It is said that she will tear their bodies to pieces and rip their souls from their mutilated bodies. The souls of these unfortunate ones will burn in torment as Bloody Mary once was burned, and they will be trapped forever in the mirror.
Translation - Indonesian Dia tinggal jauh di dalam hutan di dalam sebuah pondok kecil dan menjual tumbuhan herbal sebagai mata pencahariannya. Orang-orang di kota memanggilnya Bloody Mary, dan menganggapnya sebagai penyihir. Tidak ada yang berani untuk berhadapan dengan perempuan tua itu karena takut jika sapi-sapi mereka tidak akan menghasilkan susu, penyimpanan makanan mereka akan membusuk sebelum musim dingin, anak-anak mereka akan selamanya sakit, atau banyak hal mengerikan lain yang bisa dilakukan seorang penyihir yang sedang marah kepada tetangganya.
Lalu satu per satu gadis kecil mulai menghilang dari desa. Tidak ada yang dapat menemukan kemana mereka menghilang. Orang tua yang kehilangan anaknya mencari ke hutan, bangunan-bangunan lokal, dan seluruh rumah dan kandang-kandang sapi, tetapi tidak ada tanda keberadaan dari gadis-gadis yang menghilang itu. Beberapa orang pemberani bahkan pergi ke rumah Bloody Mary di dalam hutan untuk melihat apakah penyihir itu yang telah menculik para gadis, tetapi dia menyangkal tuduhan itu. Namun, penampilannya yang dulu kumuh terlihat berubah. Bloody Mary terlihat lebih muda dan cantik. Para tetangga mulai curiga, tetapi tidak bisa menemukan bukti apapun untuk menuduh bahwa penyihir itu telah menculik para gadis dari desa.
Suatu malam anak perempuan dari seorang tukang giling terbangun dari tidurnya dan berjalan keluar rumah, mengikuti suara magis yang tidak ada seorang pun dapat mendengarnya. Istri tukang giling terbangun karena sedang sakit gigi dan sedang terduduk di dapur rumahnya. Ia sedang meminum obat herbal untuk mengobati giginya ketika anaknya keluar dari rumah. Dia memanggil suaminya dan mengikuti sang gadis menuju keluar. Si tukang giling ikut berlari keluar masih mengenakan baju tidurnya. Bersama-sama, mereka mencoba menahan sang gadis, tetapi dia terus melawan dan berjalan menuju kota.
Tangisan si tukang giling dan istrinya membangunkan para tetangga. Mereka keluar untuk membantuk si tukang giling dan istrinya. Tiba-tiba, seorang petani dengan mata tajam berteriak dan menunjuk ke arah cahaya aneh di ujung hutan. Beberapa orang di kota mengikutinya sebuah ladang dan melihat Bloody Mary berdiri di samping pohon ek yang besar sambil memegang tongkat sihir yang diarahkan ke rumah si tukang giling. Si penyihir terlihat bercahaya aneh saat memantrai sang gadis.
Penduduk kota mengambil senjata mereka dan garpu rumput dan berlari ke arah si penyihir. Ketika dia mendengar suara kegaduhan tersebut, Bloody Mary menghentikan mantranya dan berlari kembali ke hutan. Seorang petani telah menyiapkan peluru perak untuk berjaga-jaga jika si penyihir akan mengambil putrinya. Sekarang dia membidik dan menembak penyihir itu. Peluru tersebut mengenai pinggang Bloody Mary dan dia pun jatuh ke tanah. Penduduk yang marah berlarian ke arahnya dan mengangkatnya kembali ke ladang, dimana mereka telah membuat api unggun yang besar dan membakarnya di sebuah tiang.
Saat dirinya terbakar, Bloody Mary meneriakkan kutukan kepada para penduduk desa. Bagi siapa saja yang menyebut namanya di depan kaca, dia akan mengirim rohnya untuk membalaskan dendamnya kepada para penduduk desa atas kematiannya yang tragis. Ketika dia telah tewas, penduduk desa pergi menuju rumah di dalam hutan dan menemukan makam-makam tak bernama dari gadis-gadis kecil yang telah dibunuh oleh penyihir itu. Si penyihir menggunakan darah mereka untuk membuat dirinya menjadi muda kembali.
Sejak hari itu, siapapun yang cukup bodoh untuk menyebut nama Bloody Mary sebanyak tiga kali di depan cermin di ruangan yang gelap akan mendatangkan roh jahat dari si penyihir. Dikatakan bahwa dia akan merobek tubuh mereka dan mengambil jiwa mereka dari tubuh yang sudah termutilasi. Jiwa-jiwa dari orang-orang yang sengsara ini akan terbakar di dalam penyiksaan sama seperti bagaimana Bloody Mary terbakar, dan mereka selamanya akan terjebak di dalam cermin.